...Dream and Action...

...dream and action...

Jumat, 27 Agustus 2010

No idea '-___- @ Sriwijaya

Dua hari di Kota Palembang, bingung juga mau berbagi apa. Tapi saya ingin berkisah.
Palembang beri aku kesan! Kata-kata itu menyeru di benakku. Karena saya ingin mengikasahkanmu lewat tanganku. Tapi, haruskah kau berkesan dahulu baru aku
menuliskannya? Hahaha..
Saya hanya mau menulis, sekalian menguji kepekaan indra penglihatanku, memutar ulang rekaman yang tersimpan dalam memory otak.Baiklah mari kita coba.

Ampera, sungai musi, songket, empek-empek, sriwijaya. Yap mereka semua adalah kebanggan Palembang, lahir di palembang dan menghuni palembang menjadi 'anak-anak' kebanggaan. Mereka menjadi penanda rupa palembang sang kota tertua di Indonesia. Yah Palembang merupakan kota tertua di Indonesia jika didasarkan pada penemuan prasasti peninggalan kerajaan sriwijaya yang pernah berpusat di Palembang. Kerajaan Sriwijaya pernah berjaya di pulau sumatera. Tidak heran, kata 'sriwijaya' banyak digunakan oleh tempat-tempat penting sebagai namanya. Contoh Universitas Sriwajaya, universitas negeri terkemuka seperti universitas hasanuddin di Makassar. 'Gelora sriwijaya' gedung olah raga serba guna yang akan menjadi tempat dilaksanakannya sea games XXVII pada tahun 2011 dan menjadi markas klub sepak bola Indonesia sriwijaya fc, Kodam Sriwijaya dan masih banyak tempat lainnya yang merekatkan nama sriwijaya sebagai identitas tambahan. Salah satu tempat yang juga berembelkan sriwijaya adalah sebuah hotel, bernama hotel sriwijaya. Hotel tempat saya menginap selama dua hari. Muncul pernyataan dalam benakku, mencuat sendiri. ''pasti hotel ini (hotel sriwijaya) dulunya adalah hotel ternama dan kelas atas'' kataku. Secara pelekatan nama 'si kerajaan' pastinya tidak sembarang, lihat saja nama-nama tempat yang ku sebutkan di atas tadi adalah tempat-tempat publik yang penting di kota Palembang. Sedangkan kenyataannya hotel itu tidak tampak 'wah' hanya ada 3 tingkatan dan tampak tua dari segi bangunan dan perabotannya dari lemari sampai ac (airconditioner) yang terbuat dari lapisan kayu, ukurannya agak besar, bentuk ac tahun 80-an, tapi masih bagus
*hahaha ketahuan pilihan tempat nginapnya* saya sendiri sebenarnya suka dengan barang-barang antik, unik soalnya, hiahaha... Setelah itu ku kekatahui tanpa sengaja hotel ini memang pernah berjaya dan menjadi hotel kelas atas dahulu, namun pernah terkena bencana kebakaran beberapa tahun silam.

Lanjut, ada jembatan ampera (amanat penderitaan rakyat) di atas sungai musi, menghubungkan daratan seberang 'ilir' dan 'ulu', menjadi tempat yang tak terlewatkan ku kunjungi. Jembatan yang ramai oleh lalu lalang kendaraan dan sungai yang dipenuhi dengan rumah-rumah penduduk di sisinya, jika dari atas jembatan terlihat tepian sungai dipadati atap seng berwarna merah kecoklatan agak berkorosi. Khas palembang lainnya ada kain songket. Di mana-mana di dinding ditempeli kain songket yang dibingkai kaca, tak tahu maknanya apa, mungkin hanya sebagai simbol atau bisa jadi semua tempat sengaja di'setting' jadi galery tuk memamerkan kerajinan tenun khas Sumatera Selatan. Tak lupa ada makanan bernama empek-empek atau pempek, berbahan dasar ikan dicampur tepung atau sagu. Ikan yang biasa digunakan adalah ikan air sungai atau air tawar seperti ikan belida ikan khas sungai sumsel, ikan gabus, dan ada juga ikan air laut, ikan tenggiri. Walaupun berada di pulau lain di luar sumatera selatan namanya tetap pempek palembang.





Demikian yang bisa saya bagi. Kalau mau mengutarakan pendapat, saya menilai palembang adalah kota yang lumayan bersih, mengalami banyak kemajuan saat era kepemimpinan Megawati. Penuh tempat bersejarah utamanya berada pada pusat kota. Bangunan-bangunan seperti mesjid agung yang berkapasitas 15.000 jemaah, monumen perjuangan rakyat, Benteng Kuto Besak (kota besar), museum Sultan Mahmud Badaruddin II, jembatan ampera, letaknya saling berdekatan berada pada satu titik di pusat kota yang juga berdekatan dengan kantor pemerintahan seperti kantor walikota, kantor pos, beberapa kantor dinas, pasar Ilir 16, semuanya terletak di jantung kota palembang dan tak berjarak jauh satu sama lain, sehingga terkadang menyebabkan kemacetan pada jam-jam dan waktu tertentu.
Well... Beginilah caraku menuangkanmu. Kesan? Itu diciptakan sendiri!

Rabu, 25 Agustus 2010

Beberapa jam sebelum meninggalkan Gunung Bais Estate

Barang-barang sudah rapih, tinggal diangkut. Tersisa tas pakaian yang masih terbuka karena akan memasukkan baju kotor. Saatnya istirahat. Di atas kasur membayangkan perjalanan yang memakan waktu tempuh enam jam ke Kota Palembang, berangkat jam delapan pagi. Tak lupa membayangkan saat sampai di sana. Jadi saya membayangkan perjalanan yang aman tanpa hambatan dan sampai dengan selamat di tempat tujuan. Karena menurut hukum 'law of attraction'nya the secret, berpikir dan berperasaan positiflah (think and feeling positive) maka akan menghasilkan kenyataan yang positif juga. Kalau Rhonda Byrne mengatakan alam semesta yang mengabulkan kehendak pikiran kita, sebagai muslim saya menyerahkannya pada Allah semata. Berserah diri dan tetap berpikir positif, karena Allah menjanjikan hal-hal yang baik jika hambaNya berprasangka baik, begitupun sebaliknya.
Semoga selalu dalam lindunganNya Aamiin..! Mari tidur sebentar lagi sahur ;>

Selamat tinggal burung hantu
Selamat berpisah jangkrik-jangkrik
Kucing-kucing kini tanpa tuan
Kesunyian segera sirna
Selamat menjadi kenangan Gunung Bais.. Dagh Suku Anak Dalam
I'll be miss u...

Rabu, 18 Agustus 2010

Marty Belajar Membaca Peta

Saat semua manusia kasta bawah gelisah
Saat para pejuang kasta menengah disekap, dirantai, dibelunggu karena memperjuangkan harga diri
Para manusia setengah kasta dewa tak peduli.
Karena Marty baru belajar membaca peta dan mencari titik koordinat

*gubrak....*
''untukmu MenLu''

Selasa, 17 Agustus 2010

'Suku Anak Dalam (SAD) Riwayatmu Kini'

Suku Kubu atau yang biasa disebut suku anak dalam atau orang rimba merupakan salah satu suku bangsa minoritas yang hidup di pulau Sumatera tepatnya di provinsi Jambi dan Sumatera selatan (wikipedia)

Bertepatan di hari jadi kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 65 tahun, saya berkesempatan mengunjungi kampung 'suku anak dalam' SAD di pedalaman sumatera selatan. Keinginan bertandang dan melihat-lihat kampung SAD sudah dari beberapa minggu yang lalu ku utarakan pada Bapak, namun baru pada hari libur Nasional ini kesempatan itu datang. Sekitar jam setengah satu siang, saya, ibu dan bapak berangkat diantar supir perusahaan yang sudah beberapa kali pernah datang ke kampung SAD. Pemukiman SAD tidak jauh dari tempat tugas bapak di perkebunan gunung bais estate, Desa Semangus, jaraknya kurang lebih 7 km. Melalui jalanan tanah tak berbatu namun bergelombang, berliku, melintasi jembatan di atas sungai Hitam yang warna airnya memang keruh hampir berwarna hitam, diantara perkebunan sawit, karet, lahan tak terurus, sampailah kami di pemukiman mereka.

Pemandangan pertama yang tertangkap adalah kehidupan yang sederhana. Anak-anak kecil bermain riang gembira tanpa alas kaki. Kedatangan kami dengan mobil jenis L 200 double cabin sontak menghamburkan kerumunan mereka. Saya dan ibu kemudian turun tuk menyapa. Saat ibu sedang asyik berbincang dengan salah satu guru yang ada di sana, saya menyempatkan diri memperhatikan sekitar. Hanya terdapat kurang dari sepuluh rumah penduduk. Rumah-rumah mereka terbuat dari susunan papan-papan yang beratapkan seng dan berlantaikan tanah tapi ada juga yang sudah berlantai semen seperti salah satu rumah yang ku masuki, sebuah gereja yang bangunan dindingnya terbuat dari batu bata dan semen yang dicat putih juga beratapkan seng. Terdapat juga sebuah sekolah dasar dengan dinding bercat putih dan atap bercat biru bagian pinggirnya.

Kehidupan mereka sudah sangat-sangat maju. Tidak seperti yang ku bayangkan bahwa mereka tidak mengenakan pakaian lengkap hanya penutup kemaluan, berumah panggung nan kecil atau hidup di atas pohon-pohon seperti yang pernah ku saksikan di media televisi dan menganut animisme. Dari bukti-bukti bangunan yang sudah ku jelaskan di atas jelaslah peradaban mereka. Mereka beragama dan anak-anaknya mengenyam pendidikan. Kepercayaan yang mereka anut adalah kristen. Agama ini dibawa oleh seorang pendeta yang datang dan pergi. Terakhir pendetanya bernama Alex Poncong berdarah jawa. Dia sedang tidak berada di tempat saat kami ke sana. Dia sedang pergi ke hutan mencari kayu tuk pembuatan langit-langit gereja yang belum sempurna seperti yang diutarankan seorang ibu yang menjadi guru anak-anak SAD saat berbincang, dia juga bersuku jawa. Sekitar tahun 1990-an islam pernah masuk ke kampung ini dan dianut mereka namun karena yang membawa ajaran islam meninggal, tak ada lagi yang meneruskan hingga datanglah pendeta membawa ajarannya dan sampai sekarang dianut SAD.
Lihat, mereka menonton televisi, menggunakan lampu. Listrik yang mereka gunakan berasal dari mesin genset.



Suku anak dalam tak lagi kubu atau terbelakang. Mereka tidak sepenuhnya orang rimba lagi, yang seluruh kebutuhan hidupnya ia gantungkan pada ketersediaan alam dan tak terhubung dengan dunia di luar hutan. Mereka bertransformasi sangat pesat, keluar hutan mengunjungi desa bahkan kota dan punya kendaraan. Para lelaki pergi berburu dengan mengendari sepeda motor, seperti yang saya jumpai ketika dalam perjalanan, laki-laki tanpa baju hanya celana pendek dan kain yang melilit dipinggang ciri khas pria suku kubu, menyandang 'keceppe' senapan panjang untuk berburu yang melintang di belakang pinggangnya. Walau mereka sudah punya kendaraan, tapi mereka tetap orang rimba yang tak tahu menahu soal peraturan berkendara, sehingga jika berpapasan dengan anak SAD yang sedang mengendarai sepeda motornya berhati-hatilah sebab mereka berjalan di tengah badan jalan. Pekerjaan mereka tetap berburu binatang, mencari kayu atau menebang pohon karet.

Para pendatang khususnya pembawa agama dan guru telah banyak mengubah kehidupan rimba mereka. Ini adalah pengamatan terluarku terhadap sebagian kecil SAD yang tersebar di sumatera selatan, khususnya yang saya kunjungi di desa Semangus. Lebih ke dalam masih banyak tersebar suku kubu yang masih mempertahankan kehidupan ala orang rimba. Meskipun kehidupan SAD Semangus sudah dapat dikatakan modern, namun mereka masih menyematkan istilah dan menganggap diri mereka Suku Anak Dalam.

Berkaitan dengan hari kemerdekaan, saat di sana saya tak menjumpai di rumah-rumah mereka ditancapkan tiang dengan bendera merah putih. Saya juga tidak menanyakan mengapa mereka tidak memasang bendera. Apa peduli saya? Saya tidak ingin men-judge mereka tidak nasionalis. Setidaknya mereka tau bahwa mereka bagian dari bangsa Indonesia terlihat dari nama gereja mereka 'Gereja Baptis Indonesia', walau belum tentu para pemimpin di negeri ini peduli dengan mereka.
Jadi, tidak penting mereka mengibarkan bendera atau tidak di hari yang memperingati kemerdekaan Indonesia 65 tahun lalu.
Yang jelas mereka hidup rukun, bisa makan dan melestarikan alam. Hahaha..terlalu beropini :D


Notes: photo-photo dokumentasi menyusul :)

Minggu, 15 Agustus 2010

Packing

75% sudah barang-barang di pack, dimasukkan ke dalam kardus, direkatkan menggunakan lakban. Tidak terasa sisa seminggu lebih kami di sini. Di Gunung Bais estate. Tapi kenapa saya merasa sedih ya? Padahal saya hanya dua bulan di sini, saya tidak punya keterikatan bathin dengan kampung ini, dengan orang-orangnya apa lagi. Karena selama saya di sini, saya lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah, tak bersosialisasi dengan penduduk setempat. Tapi sempat ikut pengajian dua kali dan acara isra mi'raj. Tapi tidak ada kenalan baru. Hanya kenalan dengan ibu-ibu teman ibu. Memang di kampung ini yang masih cewek atau remaja kurang. Yang umurnya di bawah umurku saja sudah pada menikah. Banyak juga yang bersekolah di kota. Satu-satunya yang lumayan ku kenal adalah Ika. Dia lebih muda 7 tahun dari saya tapi badannya jauh jauh lebih besar dari saya. Jika bersekolah seharusnya ia sudah masuk sma. Tapi ia memilih tidak bersekolah dengan alasan badannya terlalu besar untuk ukuran seorang siswi smp kala itu. Hah ada-ada saja. Saya mengenal ika karena dia bekerja di rumah membantu ibu. Tapi itupun kami jarang terlibat komunikasi. Saya yang hanya asyik di kamar dan dia yang sibuk di dapur bersama ibu.

Kembali, mengapa ada rasa sedih hendak pergi dari perkebunan ini? Mungkin memang wajar, ku sadari atau tanpa ku sadari 2 bulan di daerah ini pastilah menorehkan bekas di hati, menancapkan memory di otak. Tapi saya selalu sok ingin masuk dan menyalami perasaan bapak dan ibu. Terutama bapak yang akan pensiun. Bapak akan menjadi warga negara biasa, status sosialnya akan sedikit turun karena tidak menyandang peran lagi. Hubungan rantai sosial antara rekan-rekan kerja yang sudah dibina akan putus. Apakah bapak akan sedih dengan hal itu? Apakah bapak akan terkena 'post power syndrome'? Sindrome yang biasa diderita oleh seseorang yang kehilangan jabatan atau kekuasaan. Sejenak ku hentikan kegiatan mengetik huruf-huruf ini dan memperhatikan bapak.
Hem... Sepertinya bapak tidak sedih. Ia malah senang. Karena ia akan pulang ke kampung yang bukan tanah kelahirannya. Kampung rantauan tempat di mana sebagian sejarah hidupnya ia torehkan. Bapak merindukan dan menantikan berjumpa cucu pertama satu-satunya saat ini. Badia zalma harahap.
Bapak bukan sosok yang mementingkan kedudukan, sehingga saya yakin bapak jauh dari sindrome hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya. Menjadi wirausahawan adalah lebih baik ketimbang menggantungkan hidup pada para pemilik modal raksasa.

Melupakan kesedihan dan melanjutkan packing2. Eh tiba-tiba saya menemukan satu tas berisi kaset-kaset radio diantaranya yang menyita perhatianku adalah kaset the beatles dengan harga yang tertera di covernya Rp. 4500,- ada elvis presley, jimm reever, matt monro, abba, the pussy cat, 2 album frank sinatra, dan masih banyak lagi. Kaset-kaset ini adalah soundtrack masa kecilku dulu, berirama mengiringi setiap langkah mungilku. Hmm...jadi ingin bernostalgia! Maka setelah membersihkan sedikit kaset yang agak berdebu akibat telah bertahun-tahun tersimpan tak pernah dimainkan, ku putarlah kaset yang melantunkan suara frank sinatra, mengalunlah my way, moonriver, something stupid, i get kick out of you, fly me to the moon..and many more...

Fly me to the moon let me play among those stars. Let me see what spring is like on a jupiter and mars. In other words hold my hand..in other words baby kiss me.
Fill my heart with song and let me sing forever more. You are all i long for all i worship and adore. In other words please b true..in other words i love you......

Sabtu, 14 Agustus 2010

::Mengisi perut

Always sebelum tidur harus isi perut dulu dengan menu yang sama hampir setiap malam. Mie goreng dan susu coklat panas. Hmm...
Tak ada bosan, tetapi harus berpikir bahwa mie yang ku makan mengandung MSG*monosodiumglutamat* yang terdapat pada bumbunya. Penyedap rasa yang katanya tak baik tuk dikonsumsi terus menerus. Maka dengan itu saya harus mendampinginya dengan meminum susu yang di cover kemasannya tertera bertujuan mencukupi nutrisi, mengandung immunoglobilun yang mampu menjaga daya tahan tubuh. Mie goreng itu memang tak ada bosannya tuk dikonsumsi akibat si penyedap rasa. walau kadang hanya ku makan dengan tambahan kerupuk atau makanan yang ada di atas meja, entah itu ikan tahu atau tempe jika saya didera malas tuk menggoreng sebutir telur. Hahaha.. Gak penting banget yak? Hoaam... Tidur dulu!

*among those stars*

Aku ingin terus tertidur
Biar engkau nyata
Realita membuatmu nihil
Sehingga bermimpi adalah menjangkaumu

Inilah cara Tuhan menganugerah dirimu
Diantara bintang-bintang malam
Terukir kisah yang tak tergambar di dunia kelam

Note: Coba-coba membuat syair.
Hihih.. Jelek ya?

Senin, 09 Agustus 2010

Neng Icha #2


Sahabatku Indah liana lahir di Bandung Majalengka 24 tahun lalu pada tanggal 21 Juli. Masa SD dan SMPnya di Jakarta. Masuk Sma ia pindah ke Bone bersama orang tua dan 2 saudaranya.

Seperti yang sudah ku ceritakan seblumnya, dia sahabat terbaikku. Anaknya manja minta ampun, palsu*palla suruh2*, centil asli, cerewet dengan suara cempreng, terlalu supel. Saking supelnya suka ngajak kenalan orang asing duluan, mau cewek ataupun cowok, karena dia juga punya radar kePDan yang cukup tinggi. Hahahag sedangkan saya adalah kebalikan dari smua sifatnya.
Kadang saya suka jengkel dengan sikap manjanya. Ataupun merasa BT dengan alasan tak jelas dengan dia. Tapi sebaliknya dia tidak pernah bersikap sperti itu pada saya., dia akan selalu tersenyum padaku dan mengajakku bicara lebh dulu kalau saya lagi marah. Dia sangat periang, walau saya tau hidupnya berat. Kadang dia bisa menyembunyikan kesedihannya dan riang seperti biasa. Tapi tidak jarang dia menampilkan isi hatinya yang gundah, hidupnya yang sulit di depanku.
Mamanya meninggal sewaktu sma dan papanya menyusul mamanya sewaktu medio semester satu. Dia tidak berada di sisi dan saat terakhir papanya di dunia, karena saat itu semua mahasiswa baru peikanan sedang mengikuti 'bina akrab' di Bantaeng. Dia diberi kabar oleh seorang senior kalau Papanya meninggal di saat kami sudah sampai di makassar. Papanya memang sedang sakit dan dirawat di rumah sakit wahidin. Saya sempat menemani icha sekali melihat papanya di rumah sakit.
Saya kasihan dengan kehidupannya, saya jg sudah kehilangan mama waktu smp, tp saya masih lebih beruntung karena masih punya bapak. Kehidupannya ditanggung oleh ibu tirinya yang baik. Sebenarnya mama ica adalah istri ke 3 kalau tidak salah. Istri yg pertama sudah meninggal. Sehingga icha punya banyak saudara tiri.

Entah kenapa teman satu angkatan dan prodi banyak yang kurang suka dengan icha. Teman cowok beberapa menganggap icha belagu karena kerap menggunakan kata 'elo gue'. ''haah, so what gitu? Dia kan emang besar di Jakarta, gak papa lah msh kepleset2 dikit lidahnya.'' yah jalan pemikiran orang beda-beda. Mereka bilang Monas pindah ke Makassar*wuih*
Teman-teman cewek lain lagi. Mereka tidak suka dengan sikap centil dan manjanya. Beberapa juga menilai icha bagai benalu dalam pertemanan kami. Mereka agak komplen karena hampir setiap makan di kantin kampus saya yang bayar. Baju yg ku pakai kadang dipakai icha juga. Ini yang membuat saya sedih, saya minta maaf cha karena diam saja saat ada yang menyampaikan ketidaksenangan mereka. Seharusnya saya mengatakan ''dia saudaraku jadi tidak apa-apa.''

Saya menyayangi icha, seperti menyayangi saudara kandungku, walau kadang dirimu membuatku BT kalau kamu mulai ngupil sembarangan. Hahahaaaa
Kalau saya lagi kelebihan rezeki, saya pasti akan mengajak icha berbelanja pakaian bersama. Saya ingat barang terakhir yang saya belikan tuk icha adalah sendal gunung. Berdua kami datang ke salah satu pusat perbelanjaan *MTC* mencari sandal gunung. L.o.l cha cha.. Kenapa dirimu mennyukai sandal gunung? *mikir*

Si Neng icha parasnya manis, sehingga tidak sedikit laki-laki yang suka padanya. Dari senior, teman satu angkatan, kenalan lintas fakultas atau kenalan di luar kampus. Ditambah sifatnya yang mudah akrab dengan orang baru.Beda dengan saya yang agak tertutup, cuma bisa mengagumi cowok idola dalam hati. Hahay..
Kami seperti wanita normal pada umumnya suka mencurhatkan masalah kaum adam yang membuat kami jatuh cinta *ting*
_That's what friend are for_
satu-satunya kesamaan kami, kami suka mencoba hal-hal baru dan menantang. Banyak kegilaan yang pernah kami lakukan, namun saya tidak temui lagi seseorang yang bisa diajak gila-gilaan. ''Dasar orang gila''

Icha Na-fish-a nama akrab yang dia pakai saat mengudara di radio Ebs, harus berhenti kuliah dan kembali ke Majalengka melanjutkan hidup. Kini ia sudah menikah dan dikarunia seorang putri bernama Viya.
#she is my close friend#

-''-Susahnya posting lewat hape :(

Selama liburan di tempat tinggal bapak di sumatera selatan, kerjaan saya yah begini. Nonton, tidur, jadi rajin luluran, karokean lagu2 lawas huakwakawa.. dan online tentunya. Buka2 facebook, twitter, sgala macam serta menulis di blog pastinya. Namun saya ingin mengisahkan betapa susahnya posting melalui hp bermerek nokia tipe N95 ini. Yah.. Tidak ada cara lain hanya bisa lewat hp. Kalau lwt komptur juga samaa, koneksinya sangat lambat tidak lebih baik. Jangan harap bisa keluar mencari tempat dengan fasilitas hotspot atau warung internet. Ini adalah kampung, sekelilingnya perkebunan dan hutan tempat tinggal 'suku anak dalam'.
Setiap habis menulis beberapa kalimat harus segera di save. Karena henpon akan mati tiba2 kalau sudah menulis terlalu lama dan tidak terconect. Seperti yang sedang ku lakukan. ''save dulu ah..''
keterbatasan lainnya tidak bisa melampirkan gambar. Semakin banyak karakternya semakin lambatlah untuk mengetik. Hiks..sehingga ada beberapa tulisan yang hanya tersimpan di catatan hape.

Tapi setidaknya keinginanku tuk menulis kembali di blog ini bangkit karena masa liburan panjang akibat nganggur gak ada kerjaan,hihiihi... Blog yang hanya berisikan kegiatan sehari-hariku yg gak penting. Saya belum bisa merensi kehidupan sosial, politik, agama. Yeah.... Mayb someday v(.-__-.)v*pipi merah merona*

Minggu, 08 Agustus 2010

Neng icha #1

Tadi sewaktu dalam perjalanan hendak ke pasar *dalam mobil*, dalam ketermenungan, menghayati sekeliling yang hijau oleh pepohonan sawit, jati, kelapa, jalan tanah merah yang becek, lembek, licin bak kue agar-agar akibat hujan semalam, tiba-tiba angan terbawa ke masa-masa waktu masih seorang mahasiswa baru. Entah angin apa yang membawa saya seketika terbang terkenang kebersamaan saya dengan seorang teman bernama icha. Seperti ketidaktahuan apa yang mengilhami khayalan sampai pada mengenang icha begitu juga awal mula pertemanan kami, apa, mengapa, kapan dan di mana keakraban diantara kami mulai terjalin aku lupa momennya. Tolong ingatkan aku..!
Kalau pertanyaan di mana? Jawabannya pasti adalah kampus unhas terkasih adalah yang mempertemukan kami, tepatnya di program studi serupa yang kami pilih. Tapi peristiwa apa yang menjalin kami? Karena saya baru mengenal icha ketika perkuliahan perdana baru berjalan. Saya tidak pernah terkontak dengan dia ketika pendaftaran ulang maupun ketika ospek berlangsung. Mungkin memang tidak perlu ada jawaban kapan rajutan persahabatan kami betul-betul terjalin. Karena ini adalah bukti bahwa persahabatan kami tulus, tidak memilih atau melihat latar belakang satu sama lain. Mengalir perlahan mengikuti aliran kehidupan. Menciptakan goresan indah, seperti geolyph yang terukir megah nan indah di dinding-dinding batu gurun oleh kebudayaan nasca di Peru Amerika selatan. Menyisakan sejarah yang patut tuk dipelajari.

Dia bukan sekedar seorang sahabat dia adalah seorang saudara. Banyak hal dan kegiatan yang kita lakukan bersama. Mulai dari kegiatan normal ala ala perempuan, sampai yang agak-agak gila. Tengah malam duduk di danau unhas berdua menikmati hembusan angin malam sambil curhatan adalah hal yang lumayan gila yang pernah kami lakukan menurutku. Saya sendiri, sumpah! Tidak tenang dan tdk menikmati malam itu. selama duduk di pinggiran danau saya terus saja merengek minta pulang, grasak- grusuk. Saya ketakutan jika tiba-tiba saja ada laki-laki iseng menggangu dan menjahati kami. Sedangkan si icha enjoy saja, dia malah menertawakan saya. Saat itu sedang diberlakukan jam malam di unhas, tuk men sweeping pasangan yang lagi pacaran. "kenapa juga saya takut ya? Kita kan gak ngapa2in dan kita gak lagi pacaran. Jiahahaha..."

Kami melewati hari-hari di kampus selalu bersama, cari bahan buat tugas, mengerjakan tugas, makan, nongkrong, ke mushollah selalu berdua. Tapi ketika kami memilih untuk memasuki kegiatan ekstrakulikuler, kami punya pilihan sendiri-sendiri. Dia yang ekstra supel, kelewat PD dan cerewet memilih menjadi penyiar di radio kampus ebs. Sedangkan saya memilih magang di koran kampus identitas.

Masih banyak yang ingin ku kisahkan tentang dia, tentang kami, walau kami hanya bersama selama 3 semester.

Kamis, 05 Agustus 2010

_Bapak Pensiun_


Pengajian yang diadakan di rumah malam ini adalah pengajian paling mengharukan dalam hidupku. Selain tuk menyambut bulan suci Ramadhan, pengajian di malam jum'at ini adalah pengajian terakhir bagi bapak dan ibu di perkebunan Gunung Bais Estate, sekaligus sebagai acara perpisahan sederhana karena tidak genap sebulan lagi bapak dan ibu akan meninggalkan kampung gunung bais kec. Muara kaling kab musi rawas sumatera selatan. Bapak akan kembali ke Makassar bersama ibu dan saya tentunya, yang sudah sebulan lebih berlibur di sini. Tepat tanggal 27 agustus nanti kami akan cabut dari kampung ini.

Bapak pensiun. Begitulah akhirnya setelah 26 tahun lebih, hampir 27 tahun bapak mengabdi di perkebunan milik swasta pt.pp. London Sumatera. Berakhir sudah hidup berpindah-pindah, dari daerah perkebun satu ke daerah lainnya. Bapak bertugas pertamakali di kantor cabang Makassar kemudian dipindahkan ke daerah kab. Bulukumba di perkebunan karet Palangisang estate. Pada tahun 2003 bapak dipindah tugaskan ke Medan di Bahbulian estate kab Simalungun, setelah bertugas selama 17 tahun di Bulukumba. Pada tahun 2006 bapak dipindahkan ke daerah ini dan pensiun di sini.
Seketika rasanya saya ingin menangis sewaktu seorang tamu yang hadir mewakili menyampaikan sepatah kata dan mendoakan bapak agar sehat sehat selalu di masa pensiunnya. Rasanya ingin terisak saja tapi ku menahannya agar tak tumpah, air mata hanya menggenang. Kesedihan ini bukan karena bapak tak lagi bekerja, bukan karena khawatir tak ada lagi yang mencari nafkah. Hanya merasa perih menyadari satu hal bahwa bapak tak lagi muda. Usianya menginjak 57 tahun di bulan september nanti. Saya tau hidupnya tidaklah mudah. Ia bukan lulusan perguruan tinggi. Karir yang dia peroleh adalah berkat kecerdasannya. Doaku lindungilah ia selalu ya Allah. Saya tidak ingin bapak sakit, saya ingin bapak berumur panjang dan melihatku berhasil. Terlalu banyak yang telah ia berikan pada kami anak2nya. Dia terlalu menyayangi kami.

Senin, 02 Agustus 2010

Mungkin ini adalah blog paling norak yang pernah ada di jagad perblogan hahaha... Dari isi sampai tampilannya. But i like it. This is me.. ;)